Senin, 29 Mei 2017

SSA’AD BIN ABI WAQQAS



MAKALAH
ADAB DAN AKHLAK
“SA’AD BIN ABI WAQQASH”





  
Dosen Pengampu :
Sisi Amaliya, S.E, MA
Disusun Oleh :
1.     R.R Desty Dwi Utami     B1061141016
2.     M. Abril                           B1061141020
3.     Melinda Dwi Tiara. P     B1061141035
4.     Syahruni Pratiwi             B1061151002
5.     Maswati                            B1061151038
6.     Ahmad Yadi                    B1061161013
7.     Karinawati                       B1061161016
8.     Nurul Rizky Ayuni         B1061161018
9.     Adelia Elsa Friyana        B1061161023
10.            Elisa Emelia Restiana           B1061161028
11.            Zulfikri Hasan                       B1061161037
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
EKONOMI ISLAM
2015/2016


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nyalah makalah yang berjudul “Adab dan Akhlak tentang “Sa’ad bin Abi Waqqash”  ini dapat disusun dan diselesaikan. Makalah ini disusun sebagai syarat tugas mata kuliah Adab dan Akhlak. Untuk menyusun makalah ini, kami dibimbing oleh Ibu Sisi Amaliya, S.E, MA selaku dosen mata kuliah. Kami mengucapkan terimakasih kepada beliau yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memotivasi kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari benar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan agar makalah ini dapat diperbaiki dan disempurnakan kembali di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi para mahasiswa/i. Terima kasih.


Pontianak, 10 Desember 2016

Kelompok 9






DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ....................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah .................................................................................. 1
C.    Tujuan Penulisan ................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Biografi Sa’ad bin Abi Waqqash  ......................................................... 2
B.     Sifat Teladan Dari Sa’ad Bin Abi Waqash ..........................................4
BAB III
PENUTUP
      A. Kesimpulan .............................................................................................. 13
      B. Saran ......................................................................................................... 13
     

BAB I

PENDAHULUAN


            Sa’ad Bin Abi Waqqash pemuda yang paling berkarakter visioner, tidak seperti kebanyakan pemuda jahiliah. Ia pandai membuat anak panah, andal melempar tombak, sekaligur pintar memperbaiki benda-benda dari besi.
            Keislamannya termasuk cepat, karena ia mengenal baik pribadi Rasulullah SAW. Mengenal kejujuran dan sifat amanah beliau. Ia sudah sering bertemu Rasulullah sebelum beliau diutus menjadi nabi. Rasulullah juga mengenal Sa’ad dengan baik. Hobinya berperang dan orangnya pemberani. Sa’ad sangat jago memanah, dan selalu berlatih sendiri. 
            Sa’ad adalah seorang pemuda yang sangat patuh dan taat kepada ibunya. Sedemikian dalam sayangnya Sa’ad pada ibunya, sehingga seolah-olah cintanya hanya untuk sang ibu yang telah memeliharanya sejak kecil hingga dewasa, dengan penuh kelembutan dan berbagai pengorbanan.
            Disamping terkenal sebagai anak yang berbakti kepada orang tua, Sa’ad bin Abi Waqqash juga terkenal karena keberaniannya dalam peperangan membela agama Allah. Ada dua hal penting yang dikenal orang tentang kepahlawanannya. Pertama, Sa’ad adalah orang yang pertama melepaskan anak panah dalam membela agama Allah dan juga orang yang mula-mula terkena anak panah. Ia hampir selalu menyertai Nabi Saw dalam setiap pertempuran.  Kedua, Sa’ad adalah satu-satunya orang yang dijamin oleh Rasulullah SAW dengan jaminan kedua orang tua beliau.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana kisah hidup dari Sa’ad bin Abi Waqqash ?
C. Tujuan Penulisan
1.       Agar mahasiswa mengetahui bagaimana kisah hidup dari Sa’ad bin Abi Waqqash.
2.      Agar mahasiswa mengetahui sifat teladan dari Sa’ad bin Abi Waqqash yang harus diteladani.

BAB II

PEMBAHASAN


A.       BIOGRAFI SA’AD BIN ABI WAQQASH  
            Merupakan bagian penting dalam rekam jejak seseorang adalah nasab keluarga. Keluarga memiliki peran penting dalam pembentukan karakter seseorang. Ayah Sa’ad adalah anak dari seorang pembesar dari Bani Zuhrah. Namanya Malik bin Wuhaib bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhir bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Amir bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan. Adnan adalah keturunan dari nabi Ismai bin Ibrahim ‘alaihi salam.
            Malik, ayah Sa’ad adalah anak paman dari Aminah binti Wahab, ibu Rasulullah saw. malik juga merupakan paman dari Hamzah bin Abdul Muthalib. Sehingga nasab Sa’ad nasab yang terhormat dan mulia. Dan memiliki hubungan kekerabatan dengan Nabi saw. Ibu Sa’ad bernama Hamnah binti Sufyan bin Abu Umayyah al- Akbar bin Abdu Syams bin bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhir bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Amir bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan. Beliau  adalah seorang wanita hartawan keturunan bangsawan Quraisy, yang memiliki wajah cantik dan anggun. Disamping itu, Hamnah juga seorang wanita yang terkenal cerdik dan memiliki pandangan yang jauh. Hamnah sangat setia kepada agama nenek moyangnya; penyembah berhala.
            Sa’ad memeluk islam pada saat berusia tujuh belas tahun dan memjadi orang ketiga (atau keempat) yang memeluk islam. suatu saat, ia pernah mengatakan, “aku pernah diam selama tujuh hari. Dan, aku adalah sepertiga islam.” Sa’ad adalah paman Rasulullah dari garis ibu (Aminah bint Wahab). Keislaman Sa’ad membuat Rasulullah bahagia hingga Rasulullah tak segan membanggakannya. Nabi bersabda, “Ini adalah pamanku, perlihatkan kepadaku paman kalian!” 
            Kisah keislamannya sangatlah cepat, dan ia pun menjadi orang ketiga dalam deretan orang-orang yang pertama masuk Islam, Assabiqunal Awwalun.  Pada suatu hari, Abu Bakar Ash-Shiddiq mendatangi Sa'ad di tempat kerjanya dengan membawa berita dari langit tentang diutusnya Muhammad SAW, sebagai Rasul Allah. Ketika Sa’ad menanyakan, siapakah orang-orang yang telah beriman kepada Muhammad SAW. Abu Bakar mengatakan dirinya sendiri, Ali bin Abi Thalib, dan Zaid bin Haritsah. 
Seruan ini mengetuk kalbu Sa’ad untuk menemui Rasulullah SAW, untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Ia pun memeluk agama Allah pada saat usianya baru menginjak 17 tahun. Sa’ad termasuk dalam deretan lelaki pertama yang memeluk Islam selain Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar As Siddiq dan Zaid bin Haritsah. 
            Setelah memeluk Islam, keadaannya tidak jauh berbeda dengan kisah keislaman para sahabat lainnya. Ibunya sangat marah dengan keislaman Sa'ad. “Wahai Sa’ad, apakah engkau rela meninggalkan agamamu dan agama bapakmu, untuk mengikuti agama baru itu? Demi Allah, aku tidak akan makan dan minum sebelum engkau meninggalkan agama barumu itu,” ancam sang ibu.  Sa’ad menjawab, “Demi Allah, aku tidak akan meninggalkan agamaku!”
Sang ibu tetap nekat, karena ia mengetahui persis bahwa Sa’ad sangat menyayanginya. Hamnah mengira hati Sa'ad akan luluh jika melihatnya dalam keadaan lemah dan sakit. Ia tetap mengancam akan terus melakukan mogok makan. 
            Namun, Sa’ad lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya. “Wahai Ibunda, demi Allah, seandainya engkau memiliki 70 nyawa dan keluar satu per satu, aku tidak akan pernah mau meninggalkan agamaku selamanya!” tegas Sa'ad.  Akhirnya, sang ibu yakin bahwa anaknya tidak mungkin kembali seperti sedia kala. Dia hanya dirundung kesedihan dan kebencian.
            Allah SWT mengekalkan peristiwa yang dialami Sa’ad dalam ayat AlQur’an, “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (QS. Luqman: 15).
            Pada suatu hari, ketika Rasulullah SAW, sedang duduk bersama para sahabat, tiba-tiba beliau menatap ke langit seolah mendengar bisikan malaikat. Kemudian Rasulullah kembali menatap mereka dengan bersabda, "Sekarang akan ada di hadapan kalian seorang laki-laki penduduk surga."  Mendengar ucapan Rasulullah SAW, para sahabat menengok ke kanan dan ke kiri pada setiap arah, untuk melihat siapakah gerangan lelaki berbahagia yang menjadi penduduk surga. Tidak lama berselang datanglah laki-laki yang ditunggu-tunggu itu, dialah Sa’ad bin Abi Waqqash. 
            Disamping terkenal sebagai anak yang berbakti kepada orang tua, Sa’ad bin Abi Waqqash juga terkenal karena keberaniannya dalam peperangan membela agama Allah. Ada dua hal penting yang dikenal orang tentang kepahlawanannya. Pertama, Sa’ad adalah orang yang pertama melepaskan anak panah dalam membela agama Allah dan juga orang yang mula-mula terkena anak panah. Ia hampir selalu menyertai Nabi Saw dalam setiap pertempuran.  Kedua, Sa’ad adalah satu-satunya orang yang dijamin oleh Rasulullah SAW dengan jaminan kedua orang tua beliau. Dalam Perang Uhud, Rasulullah SAW bersabda, "Panahlah, wahai Sa’ad! Ayah dan ibuku menjadi jaminan bagimu." 
            Sa’ad bin Abi Waqqash juga dikenal sebagai seorang sahabat yang doanya senantiasa dikabulkan Allah. Qais meriwayatkan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda, “Ya Allah, kabulkanlah Sa’ad jika dia berdoa.”
            Sejarah mencatat, hari-hari terakhir Sa’ad bin Abi Waqqash adalah ketika ia memasuki usia 80 tahun. Dalam keadaan sakit, Sa’ad berpesan kepada para sahabatnya agar ia dikafani dengan jubah yang digunakannya dalam Perang Badar— perang kemenangan pertama untuk kaum Muslimin. 
            Pahlawan perkasa ini menghembuskan nafas yang terakhir pada tahun 55 H dengan meninggalkan kenangan indah dan nama yang harum. Ia dimakamkan di pemakaman Baqi’, makamnya para syuhada.
B. SIFAT TELADAN DARI SA’AD BIN ABI WAQASH
1)      Pantang Menyerah
            Dalam menjelang beberapa hari dimulainya peperangan, Sa’ad jatuh sakit (ada beberapa ulama berpendapat bahwa penyakit yang ditimpakan kepada Sa’ad yaitu penyakit bisul yang mana bisul tersebut tumbuh disekujur tubuhnya), Allah SWT menguji mental Sa’ad beserta pasukannya dengan peristiwa jatuh sakitnya tersebut. hingga ia tidak dapat melakukakan apapun, bahkan hanya untuk duduk dan berdiri. Kian hari penyakit Sa’ad kian bertambah parah dan belum menampakkan tanda-tanda kesembuhan dalam waktu dekat.             Keadaan ini tidak memungkinkan beliau menunggang kuda dan memimpin pasukan secara langsung.hingga akhirnya sang panglima perang tersebut tidak dapat ikut dalam peperangan.namun demikian ujian tersebut sama sekali tidak menjatuhkan mental dan semangat Sa’ad dan pasukannya. Beliau mengatur strategi peperangan kaum muslimin dengan begitu lihai,hingga akhirnya ia mendaulat khalid bin Arfathah sebagai penggantinya didalam medan perang.
            Hingga tibalah pada  saatnya perang berkecamuk, para pasukan telah berbaris bedasarkan strategi yang telah diputuskan dan semuanya berupaya melindungi Sa’ad yang saat itu tidak dapat melakukan apapun, namun demikian Sa’ad tidak sedikit pun berdiam diri meski penyakit parah menimpanya, ia mengambil sebilah papan dan membalikkan badannya diatas papan tersebut, dan menggunkan kedua tangannya untuk menggerakkan papan tersebut, beliau berusaha secara maksimal untuk mengarahkan pasukannya dalam peperangan, dengan suara tegas dan lantang, sebegitu besarnya lah kecintaannya kepada Allah dan agamanya.
            Hingga  akhirnya dengan seizin Allah SWT, serta dengan kepiawaian Saad dalam memimpin pasukan, taktik dan strateginya yang matang, serta berkat taufik Allah, akhirnya tentara Islam meraih kemenangan besar di Qadisiyah. Pada saat itu panglima perang kaum musyrikin yaitu Rustam terbunuh, hingga terpisah antara bagian kepala dan tubuhnya, hal tersebut menyebabkan seluruh pasukan kaum musyrikin yang tersisa melarikan diri dikarenakan kehebatan kaum mukmin dalam berperang, padahal dalam peperangan tersebut kaum musyrikin hanya menggunakan peralatan perang yang cukup sederhana, sedangkan hal tersebut berbanding sangat berbanding terbalik dengan peralatan perang yang digunakan kaum musyrikin yang begitu canggih.
2)      Keteguhan Iman
            Sa'ad pada awal-awal masuk islam adalah ketika ibunya menyuruhnya untuk keluar dari Islam, dan kembali kepada menyembah berhala sebagaimana dianut oleh kaum Quraisy. Awal mulanya, saat ibunya mengetahui bahwa Sa'ad masuk Islam dan berbaiat kepada Rasulullah, ia begitu berang dan bersumpah tidak akan berbicara dengan anaknya (Sa'ad). Ibunya juga mogok makan dan minum sampai Sa'ad bersedia meninggalkan agamanya (Islam) dan kembali kepada agama kaum Quraisy. Bujuk rayuan ibunya disampaikan kepada Sa'ad. Diantaranya dengan mengatakan, "Kamu pernah mengatakan bahwa Allah berpesan kepadamu agar kamu patuh kepada ibu dan bapakmu. Aku ini adalah ibumu, dan aku menyuruhmu keluar dari islam. Tapi kamu tidak mematuhinya." Dibujuk seperti itu, Sa'ad tetap berpegang teguh pada islam sampai ibunya menderita kepayahan sesudah beberpa hari mogok makan dan minum. Dia jatuh pingsan dan dikhawatirkan meninggal dunia. Dia mengutuk Sa'ad dan menyuruhnya untuk kembali ke kekafiran.
             Sa'ad kemudian disuruh keluarganya untuk menjenguk ibunya dengan harapan jika melihat sendiri ibunya, hati Sa'ad akan luluh dan kembali pada kekafiran. Tetapi Sa'ad tetap teguh pada pendiriannya untuk memeluk Islam. Ia berkata kepada ibunya, "Wahai ibuku, Demi Allah, jika ibu mempunyai seratus nyawa dan nyawa itu hilang satu demi satu maka aku tidak akan meninggalkan agamaku (Islam) karena ibu." Setelah yakin dengan keteguhan Sa'ad dalam memeluk Islam, ibunya akhirnya menyudahi mogok makannya. ia kemudian diberi makan dan minum oleh anaknya yang lain, Ammarah. Setelah kejadian itu, lalu turunlah firman Allah SWT, yang menjelaskan bahwa ketaatan kepada orang tua tidak boleh menafikan dan mempersekutukan Allah SWT dengan sesuatu yang lain. Firman Allah: "Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu dan bapaknya, dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya." (QS Al-Ankabut: 8).
3)      Dermawan
            Sa’ad juga merupakan salah satu sahabat yang dikarunia kekayaan yang banyak digunakan untuk kepentingan dakwah. Ia juga dikenal atas keberaniannya dan kedermawanan hatinya. Ketika haji Wada’ Sa’ad sakit yang menghawatirkan, ia dijenguk Rasulullah.  Sa’ad bertanya: “Wahai Rasulullah, harta saya banyak, tidak ada yang menjadi ahli waris saya kecuali seorang anak perempuan. Bolehkah saya bersedekah dua pertiga dari harta saya? “tidak” jawab Rasul, kalau seperdua, “tidak”, kalau sepertiga? “Ya tidak apa-apa.” Dan sepertiga itu sudah banyak. Sesungguhnya jka engkau meninggalkan ahli waris dalam keadaan kaya adalah lebih baik daripada meninggalkannya dalam keadaan miskin dan meminta-minta kepada manusia. Sesungguhnya nafkah yang anda berikan (kepada keluarga) adalah merupakan sedekah. Semoga Allah memanjangkan umurmu sehingga kamu bermanfaat bagi manusia lain…”
4)      Pemberani
            Di barisan pejuang Islam, nama Sa’ad bin Abi Waqqas menjadi salah satu tonggak utamanya. Ia terlibat dalam Pertempuran Badar bersama saudaranya yang bernama Umair bin Abi Waqqash yang pada waktu itu masih sangat belia, baru saja mencapai usia baligh. Tetapi Umair syahid di Badar bersama 13 pejuang Muslim lainnya. Pada Pertempuran Uhud, bersama Zaid, Sa’ad terpilih menjadi salah satu pasukan pemanah terbaik Islam. Sa’ad berjuang dengan gigih dalam mempertahankan Rasulullah SAW setelah beberapa pejuang Muslim meninggalkan posisi mereka.
            Ada dua keistimewaan Sa’ad yang sering dia banggakan yaitu panahnya, dimana ia merupakan sahabat dan pejuang Islam pertama yang melemparkan panahnya fi sabilillah, dan terkena panah dalam upaya mempertahankan Islam. Dan yang kedua, dialah satu-satunya sahabat yang ditebus Rasulullah dengan kedua orang tuanya, ketika Rasulullah bersabda di Uhud: “Lemparkan panahmu  Sa’ad! … lemparkan!  Tebusanmu adalah ibu dan bapakku.” Di samping keahlian memanahnya, Sa’ad memiliki senjata yang ampuh yaitu do’anya yang selalu dikabulkan Allah. Hal ini pun sudah dimaklumi di kalangan sahabat, dimana Rasulullah secara khusus pernah berdoa untuk Sa’ad: “م الله دد س ه رميت.. وأجب ه دعوت”. 
5)      Selalu Menolong
            Saad bin Abi waqash adalah seorang yang sering menolong hal ini di jelaskan dengan do’anya tidak tertolak (mustajab). Pada suatu hari Saad bin Abi  Waqash mendengar seseorang mencaci tiga orang sahabat Rasulullah yaitu Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah dan Zubair bin Awwam. “ Hentikan cacianmu itu” kata Saad bin Waqash kepada orang yang mencaci ketiga sahabat Rasulullah itu. “ kalau kau tidak suka dengan para sahabat rasulullah sampaikan kritikmu dengan baik . tidak dengan cara memaki-maki dan mencerca di hadapan umum seperti ini.
            Orang itu tidak mengacuhkan ucapan Saad bin Abi Waqash. “ Kalau begitu, aku akan berdoa agar Allah menimpakan bencana kepadamu,” kata Saad bin Waqash. “ Kau mengancamku seakan-akan kau seorang nabi saja ! ejek orang itu. Ia terus saja mencerca dengan kata-kata yang tidak sopan.
            Saad bin Abi Waqash lalu mengambil air wudhu. Ia shalat dua rakaat dan kemudian berdoa” ya Allah! Jika engkau mengetahui bahwa orang ini mencaci maki secara keji orang-orang yang telah kau tetapkan kebaikannya di sisimu, jadikanlah orang itu sebagai pelajaran dan contoh bagi kebesaranmu…”
            Doa Saad bin Abi Waqash benar-benar mustaja. Tiba-tiba saja entah dari mana datangnya, muncul seekor unta gila besar. Binatang itu mengamuk di tengah kerumunan orang. Semua orang langsung berlarian menyelamatkan diri. Orang yang memaaki-maki para sahabat itu tidak sempat menghinda. Ia terinjak-injak unta gila yang mengamuk itu dan kemudian meninggal.  
6)      Tidak ingin memperpanjang masalah
            Hal ini terbukti ketika sahabat Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhu pernah mengamanahi Saad jabatan gubernur Irak. Sebuah wilayah besar dan penuh gejolak. Suatu ketika rakyat Irak mengadukannya kepada Umar. Mereka menuduh Saad bukanlah orang yang bagus dalam shalatnya. Permasalahan shalat bukanlah permasalahan yang ringan bagi orang-orang yang mengetahui kedudukannya. Sehingga Umar pun merespon laporan tersebut dengan memanggil Saad ke Madinah.
            Mendengar laporan tersebut, Saad tertawa. Kemudian ia menanggapi tuduhan tersebut dengan mengatakan, “Demi Allah, sungguh aku shalat bersama mereka seperti shalatnya Rasulullah. Kupanjangkan dua rakaat awal dan mempersingkat dua rakaat terakhir”. Mendengar klarifikasi dari Saad, Umar memintanya kembali ke Irak. Akan tetapi Saad menanggapinya dengan mengatakan, “Apakah engkau memerintahkanku kembali kepada kaum yang menuduhku tidak beres dalam shalat?” Saad lebih senang tinggal di Madinah dan Umar mengizinkannya.
            Ketika Umar ditikam, sebelum wafat ia memerintahkan enam orang sahabat yang diridhai oleh Nabi salah satunya Saad untuk bermusyawarah memilih khalifah penggantinya. Umar berkata, “Jika yang terpilih adalah Saad, maka dialah orangnya. Jika selainnya, hendaklah meminta tolong (dalam pemerintahannya) kepada Saad”.
7)      Sederhana
            Secara cerdik Saad bin Abi Waqqas mampu menangkap pesan Rasullullah SAW, yaitu jangan letakkan dunia di hatimu tapi taruhlah di tanganmu. Mendekatkan dunia di hati akan melahirkan rasa ketamakan, berbeda dengan di tangan maka dunia bagai terminal sementara sebelum menuju akhirat. Selain itu, Saad bin Abi Waqqash termasuk sahabat yang berumur panjang. Ia juga dianugerahi Allah harta yang banyak. Meskipun begitu beliau lebih menampakkan kesederhanaannya terbukti ketika akhir hayatnya, ia mengenakan pakaian dari wol. Jenis kain yang dikenal murah kala itu. Ia berkata, “Kafani aku dengan kain ini, karena pakaian inilah yang aku pakai saat memerangi orang-orang musyrik di Perang Badar”.
8)      Memiliki niat yang baik
            Suatu hari, sebagai diceritakan oleh Anas bin Malik, kami bersama Rasulullah, kemudian beliau bersabda: Sebentar lagi akan muncul di hadapan kalian laki-laki penghuni syurga. Tiba-tiba muncullah Sa’ad bin Abi Waqas (demikian berulang sampai tiga kali, tiga hari). Kemudian Abdullah bin Amru bin Ash menyelidiki amalan dan menanyakannya. Sa’ad menjawab: Tidak ada sesuatu atau ibadah yang lebih istimewa dari yang biasa kita kerjakan. Hanya saja aku tidak pernah menyimpan dalam diriku niat yang buruk terhadap kaum Muslimin. Inilah tampaknya yang menyebabkan engkau sampai di tempat terpuji itu. Justru ini pula lah yang tidak pernah bisa kami lakukan.
9)    Sikap Saad Saat Terjadi Perselisihan Antara Ali dan Muawiyah
            Saad bin Abi Waqqash menjumpai perselisihan besar yang terjadi pada kaum muslimin. Antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abi Sufyan, radhiallahu ‘anhum ajma’in. Sikap Saad pada saat itu adalah tidak memihak kelompok manapun. Ia juga memerintahkan keluarga adan anak-anaknya untuk tidak mengabarkan berita apapun kepadanya.
            Keponakannya, Hisyam bin Utbah bin Abi Waqqash, berkata kepadanya, “Wahai paman, ini adalah 100.000 pedang (pasukan) yang menganggap Andalah yang berhak menjadi khalifah”. Saad menjawab, “Aku ingin dari 100.000 pedang tersebut satu pedang saja. Jika aku memukul seorang mukmin dengan pedang itu, maka ia tidak membahayakan. Jika dipakai untuk memukul orang kafir (berjihad), maka ia mematikan”. Mendengar jawaban pamannya, Hisyam paham bahwa pamannya, Saad bin Abi Waqqash sama sekali tidak ingin ambil bagian dalam permasalahan ini. Ia pun pergi.











BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
                Dari pembahasan di atas, kita bisa mengambil pelajaran dari sahabat Sa’ad bin Abi Waqqas bahwa beliau memiliki sifat yang pantang menyerah. Ketika perang sedang berkecamuk beliau sedang di timpa penyakit yang sangat parah. Tetapi beliau tetap memimpin peperangan tersebut. Selain itu, banyak sifat-sifat beliau yang bisa kita teladani, seperti : keteguhan iman, dermawan, pemberani, tidak ingin memperpanjang masalah, selalu menolong,memiliki niat yang baik, dan sederhana.

B.     Saran
            Demikianlah makalah ini kami buat apabila ada kekurangan dan kekeliruan dalam pembahasan ini kami mohon maaf karena hal ini adalah proses awal bagi kami. Dan dalam penulisan makalah ini kami juga mohon kritik dan sarannya agar dalam penulisan makalah selanjutnya lebih baik lagi.










DAFTAR PUSTAKA
Abazhah, Nizar.2014. Sahabat Muhammad. Jakarta. Zaman.