Selasa, 16 Mei 2017

Zubir Bin Awwam

KATA PENGANTAR
 



            Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan petunjuk dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya. Sholawat dan salam selalu dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabat, dan pengikutnya, amin.
            Makalah ini dibuat sebagai penyelesaian dari tugas mata kuliah Pengembangan Adab dan Akhlaq (SEQ). Kali ini kami penulis akan membahas tentang Adab dan Akhlaq Sahabat Rasulullah SAW “Zubair bin Awwam”. Selain itu dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat kerjasama yang solid dan kesungguhan dalam menyelesaikan makalah ini, akhirnya dapat diselesaikan dengan baik. Sehingga besar harapan pennulis, makalah yang disajikan ini dapat menjadi kontribusi positif bagi perkembangan wawasan pembaca.
            Sebelum kami akhiri kata pengantar ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sisi Amalia, S.E, M.A., selaku dosen pengampu mata kuliah Pengembangan Adab dan Akhlaq karena telah memberikan kesempatan kepada kami untuk membuat makalah ini.
            Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, karena keterbatasan wawasan serta pengetahuan. Oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangat kami harapkan dmei kemajuan di masa yang akan datang. Akhir kata, kami ucapkan semoga makalah yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membacanya. Amin ya rabbal ‘alamin.

Pontianak, 31 Oktober 2016

Penulis Makalah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................      ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................     iii
BAB I. PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang .......................................................................................      1
B.     Rumusan Masalah ..................................................................................      2
C.     Tujuan Penulisan ....................................................................................      2

BAB II. PEMBAHASAN
A.    Biografi Zubair bin Awwam ..................................................................      3
B.     Sifat Zubair  bin Awwam.......................................................................      6
C.     Akhir Hayat Zubair bin Awwam............................................................    11

BAB III. PENUTUP
A.    Kesimpulan ............................................................................................    13
B.     Saran ......................................................................................................    13

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................     iv


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Setiap nama Thalhah disebut, nama Zubair pun disebut bersamanya. Demikian pula ketika nama Zubair disebut, nama Thalhah tidak ketinggalan. Ketika Rasulullah Saw mempersaudarakan para sahabatnya di Makkah sebelum hijrah, beliau telah mempersaudarakan antaara Thalhah dan Zubair.
Abu ‘Abd Allah Zubyr ibn al-Awwam adalah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW., beliau merupakan salah seorang “Mubasyirin Bil Jannah” yaitu Sepuluh Sahabat yang Dijamin Masuk Surga. Beliau merupakan salah seorang pejuang yang hebat.
Meskipun Zubair bin Awwam tidak sepopuler empat sahabat Khulafaur Rasyidin, namun Zubair cukup menghiasi catatan sejarah perkembangan Islam. Sejak usia lima belas tahun beliau telah masuk Islam (ada juga yang mengatakan 12 tahun), dan termasuk empat puluh orang generasi Muslim pertama (As-Sabiqunal Awwalun).
Zubair adalah seorang prajurit dakwah yang berani menyandang senjata untuk melawan orang-orang yang menghendaki gugurnya dakwah Islamiah. Kepahlawanannya telah tampak pertama kali pada waktu Perang Badar.
Sahabat kelima dari sepuluh sahabat Nabi yang dijanjikan masuk surga ini, pada akhir hayatnya memang memiliki catatan agak kelam karena terbujuk oleh putranya, Abdullah bin Zubair, sehingga turut bergabung dengan Aisyah memerangi Khalifah Ali bin Abi Thalib.
Namun demikian, Zubair tetaplah seorang sahabat yang berkepribadian luhur dan banyak menyimpan aneka sifat keteladanan yang dengannya menjadikan beliau dijanjikan masuk surga.


B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Seperti  apa biografi Zubair bin Awwam?
2.      Apa saja sikap yang dimiliki Zubair bin Awwam?
3.      Bagaimana akhir hayat (perjalanan hidup) Zubair bin Awwam?

C.    TUJUAN PENULISAN
1.      Dapat mengetahui biografi Zubair bin Awwam
2.      Dapat mengetahui sifat yang dimilki Zubair bin Awwam.
3.      Dapat mengetahui akhir hayat Zubai bin Awwam.

BAB II
PEMBAHASAN

A.   BIOGRAFI ZUBAIR BIN AWWAM
Zubair bin Awwam bin Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai bin Kilab lahir di Mekkah tahun 594 M. Ibunya bernama Shafiyah binti Abdul Muthalib, bibi Rasulullah SAW. Putra Awwam bin Khuwailid ini lahir jauh setelah Tahun gajah. Ia berperawakan kulit sawo matang, bertinggi sedang, tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus, serta berjenggot tipis. Pada umur 15 tahun, ia sudah masuk Islam dan tergolong dalam As-Sabiqunal Awwalun (ornag-orang yang pada masa pertama kali masuk Islam). Ketika pamannya, Naufal bin Khuwailid mengetahui perihal Zubair telah masuk Islam, beliau sangat marah dan berusaha menyiksanya, pernah Zubair dimasukkan dalam karung tikar, kemudian dibakar, dan Naufal berkata “ lepaskan dirimu dari Tuhan Muhammad, maka saya akan melepaskan dirimu dari api ini” namun Zubair menolaknya dan berkata kepadanya “Tidak, demi Allah saya tidak akan kembali kepada kekufuran selamanya”.
Zubair memperistri seorang putri Abu Bakar Ash-Shiddiq yang bernama Asma’ binti Abu Bakar. Dan pernikahannya ini, lahir seorang putra yang kelak menjadi tokoh penyulut api peperangan antara Aisyah dengan Ali bin Abi Thalib (Perang Jamal), yakni Abdullah bin Zubair.
Atas kelahiran putra pertamanya ini, Zubair biasa dipanggil Abu Abdillah (ayah Abdullah).
Zubair mempunyai akar keturunan yang mulia dan garis keluarga yang terhormat. Dia berasal dari bangsawan Quraisy, tumbuh di kalangan Bani Manaf, kakeknya adalah Abdul Muthalib. Kemudian dia besar di kalangan Bani Asad, dan juga mempunyai hubungan kerabat melalui perkawinan dengan Bani Umayyah, Bani Taim, Bani Adi, dan lain-lain.


Silsilah Nasab
Rasulullah SAW. dan Zubair bin Awwam r.a.
 
























           
                                                  
Rasulullah SAW telah melekatkan gelar kepada Zubair bin  Awwam yaitu Hawari, seorang penolong dan pembela yang sangat loyal terhadap apa yang dibelanya, yang tulus dan murni dari tendensi apapun. Dan Zubair adalah salah satu diantara orang yang paling loyal terhadap Rasulullah SAW.
            Masa kecil Zubair bin Awwam. Merupakan sebuah keberuntungan bagi remaja yang tumbuh dalam keluarga yang terkenal dengan kemuliaan dan keberaniannya. Diakui kehormatan wanita-wanitanya dan tinggi kedudukan mereka. Shafiyah yang merupakan ibu dari Zubair bin Awwam merupakan wanita terpandang dari Quraisy, dia adalah putri dari pemuka Makkah, Abdul Muthalib.
            Shafiyah menginginkan putranya tumbuh mengikuti kemuliaan orang tua dan paman-pamannya, mewarisi keagungan mereka, dan mewarisi sifat-sifat terbaik mereka. baik itu berupa akal yang cerdas, pemahaman yang baik, keberanian dan kesatriaan, sifat suka menolong, dan membela kehormatan keluarganya. Maka Shafiyah pun menuntun putranya untuk meniti tangga demi tangga yang dilalui para laki-laki sejati sejak ia masih remaja. Mendidiknya dengan budi pekerti yang baik sejak ia masih sangat muda. Menempanya dengan caranya yang keras, demi menyiapkannya mengarungi kehidupan. Dan untuk mempersiapkannya jika sewaktu waktu dipanggil berperang. Agar dia tidak gentar untuk maju jika dibutuhkan oleh keadaan, dan mampu berpikir jernih dengan kecemerlangan akalnya ketika dihadapkan kepada kebenaran yang telah dicampuradukkan dengan kebatilan.
            Ibnu Sa’ad dab Ibnu Asakir meriwayatkan dari Urwah bin Zubair yang berkata, “ Suatu ketika Shafiyah memukul Zubair yang sudah yatim dengan keras, orang-orang berkata kepadanya, “Engkau telah membunuhnya, mematahkan hatinya, sungguh kau telah menghancurkan anak ini!” maka Shafiyah pun menjawab, “ Aku memukulnya agar dia menjadi yang pintar dan bisa menghadapi pasukan musuh.”
            Sungguh amat besar karunia yang dilimpahkan Allah kepada Zubair, tumbuh dari keturunan terhormat dan mulia, dididik oleh Shafiyahputri dari pemuka Quraisy dan pemimpin dari pelayan Ka’bah. Kemudian Allah meletakkannya di bawah keagungannya dengan memberinya hidayah untuk mengikuti Rasul-Nya dengan mengemban dakwah bersamanya.
            Di antara keistimewaan Zubair yang lainnya adalah ia turut serta dalam dua kali hijrah, hijrah ke Habasyah lalu menikah dengan putri Abu Bakar, kemudian ke Madinah dan mendapat anugerah putra pertama yang diberi nama Abdullah dan putra kedua Mush’ab r.a.
            Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan ‘Urwah: “Malaikat Jibril a.s. turun pada perang Badar dengan mengambil rupa Zubair, beliau melipatkan kain sorbannya yang berwarna kekuning-kuningan.” (HR. Tabrani).
Isyarat dalam hadis ini, menjadi kenyataan dalam perang berikutnya, yakni perang uhud. Sebuah pertempuran yang terkenal sangat dahsyat, di mana tentara kaum Muslimin nyaris menderita kekalahan. Saat itulah keberanian Zubair bin Awwam diperlihatkan dengan selalu mendampingi Rasulullah SAW,. tak pernah renggang sedikit pun demi melindungi jiwa Rasulullah SAW. dari serangan tombak dan pedang musuh.

B.   SIFAT ZUBAIR BIN AWWAM
Sebagai seorang sahabat yang disabdakan sebagai ahli surga oleh Rasulullah Saw., maka sebelum akhir hayatnya praktis dalam pribadi Zubair bin Awwam terdapat amal dan sifat terpuji yang patut diteladani oleh setiap Muslim. Perilaku merupakan sebagai penentu baik atau buruknya seseorang. Begitupula dengan Zubair bin Awwam yang memiliki sikap baik terhadap orang dan dapat dijadikan contoh untuk orang lain. Adapun perilaku yang dapat diteladani dari Zubair bin Awwam diantaranya sebagai berikut:

1.      Setia Terhadap seruan Rasulullah SAW.
Kesetiaan terhadap segala yang diserukan oleh Rasulullah Saw. adalah ciri seorang Muslim yang taat. Dan Zubair bin Awwam r.a. adalah salah satu contohnya. Sampai-sampai pada suatu ketika di perang Khandaq, kondisi kaum Muslimin sangat buruk. Bahkan setiap orang diantara mereka tidak bisa masuk ke toilet karena pengepungan yang dilakukan terhadap mereka sangat ketat, sehingga mereka takut terbunuh. Kondisi semakin memburuk ketika kaum Yahudi Bani Quraidhah mengingkari perjanjian mereka dengan Nabi Saw., lalu mereka membuka peluang lebar bagi kaum musyrikin untuk masuk ke Madinah. Karenanya, Rasulullah Saw. berseru kepada kaum muslimin, “Siapa yang akan pergi ke Bani Quraidhah untuk memerangi mereka?”
Melihat situasi yang menakutkan ini, tidak ada seorangpun dari kaum muslimin  yang mau keluar untuk memerangi mereka. saat itu Zubair berdiri, lalu berkata, “Akulah yang akan keluar wahai Rasulullah!”
Rasulullah Saw mengulangi seruannya itu, tetapi tidak ada seorangpun yang mau keluar kecuali Zubair. Maka Nabi Saw. bersabda, “Demi ayah dan ibuku, sesungguhnya setiap Nabi mempunyai Hawari (pengikut setia) dan Hawariku adalah Zubair.”
Sejak hari itu Zubair pun menjadi Hawari (pengikut setia) Rasulullah Saw.
Zubairpun keluar untuk memerangi Bani Quraidhah. Saat itu Zubair mengetahui bahwa ibunya, Shafiyah, telah membunuh seorang laki-laki Yahudi yang memata-matai kaum muslimin dari kalangan wanita. Demikianlah, sang anak dan ibunya sama-sama berjuang untuk memberikan pengabdian kepada agama Allah.

2.      Penolong Agama Allah
Zubair merupakan orang yang pertama menghunuskan pedangnya di jalan Allah. Suatu hari beliau mendengar isu yang mengabarkan bahwa Rasulullah Saw. telah meninggal, maka beliau keluar menuju jalan-jalan di Makkah sambil menghunuskan pedangnya, dan memecah barisan manusia lalu pergi mencari kepastian dari isu ini dan berjanji jika isu itu benar dia akan membunuh orang yang telah membunuh Rasulullah Saw.
Akhirnya Zubair bertemu dengan Rasulullah Saw. di utara Makkah, maka saat itu Rasulullah bertanya kepadanya, “ Ada apakah engkau gerangan Zubair?”
Zubair berkata, “Saya mendengar kabar bahwa engkau telah terbunuh.”
Nabi berkata kepadanya, “lalu apa yang akan kau lakukan?”
Zubair berkata, “saya akan membunuh orang yang telah membunuhmu.”
Zubair lebih memilih mati daripada harus hidup tanpa Rasulullah Saw. lagi-lagi Rasulullah tersenyum sambil menunjuk pedang yang tengah dipegang Zubair. Rasulullah berkata, “ Inilah pedang pertama yang terhunus karena Allah SWT dan Rasul-Nya.”

3.      Tawakkal
Satu sifat yang seharusnya dimiliki oleh setiap muslim ialah Tawakkal (berserah diri kepada Allah). Apapun yang diberikan oleh Allah maka ia berusaha lalu menyerahkan seluruh hasilnya kepada Allah Swt sebagai  penolong.
Zubair bin Awwam menyedekahkan seluruh hartanya untuk jalan allah dan sampai ia mati pun dalam keadaan berhutang, dan mewasiatkan kepada anaknya untuk membayarkan hutangnya, dan beliau berkata, “Jika engkau tidak sanggup membayar hutang saya, maka mintalah tolong kepada Tuanku,” Abdullah pun bertanya, “Siapakah yang engkau maksud dengan Tuan?” beliau menjawab “Allah, Dialah sebaik-baik pemimpin dan penolong.” Lalu setelah itu Abdullah berkata, “Demi Allah saya tidak pernah mengalami kesusahan dalam membayar hutangnya, kecuali saya berkata, “Wahai pemilik Zubair bayarlah hutang Zubair,” Maka Abdullah (anak Zubair) pun membayarnya.

4.      Berani
Asma binti Abu Bakar r.a, dia berkata: Telah datang seorang Musyrik yang lengkap dengan senjatanya, dia lalu mendaki sebuah tempat yang tinggi, seraya menjerit. “Siapa yang mau bertanding denganku!” Rasulullah Saw., berkata kepada seseorang disitu. “Boleh engkau bertanding dengan dia?” jawab orang itu, “Jika engkau suruh, hai Rasulullah!” maka tiba-tiba Zubair bin Awwam mendongakkan dirinya lalu dilihat oleh Rasulullah Saw., seraya berkata kepadanya, “Hai putra Shafiyah! Bangunlah dan hadapi dia!” Zubair bin Awwam pun segera mendatangi musuh itu dan mendaki bukit hingga tiba di puncaknya. Mereka berduel, sehingga kedua-duanya berguling dari atas bukit itu. Lalu Rasulullah Saw yang dari tadi melihat peristiwa itu, berkata “Siapa yang tersungkur ke bawah bukit itu, dialah yang akan mati.” Maka masing-masing Nabi Saw dan kaum muslimin mendoakan supaya yang jatuh dahulu itu orang kafir tersebut. Maka benarlah orang kafir tersebut yang jatuh dulu, manakala Zubair jatuh ke atas dadanya, lalu orang kafir itu mati.

5.      Dermawan
Zubair bin Awwam juga merupakan seorang yang terhormat dan mulia, selalu menginfakkan hartanya di jalan Allah, Ka’ab berkata tentangnya, “Zubair memiliki 1000 macam kekayaan yang dikeluarkan untuk berperang dan tidak ada uang satu dirhampun yang masuk kerumahnya.” Beliau menyedekahkan seluruh hartanya di jalan Allah Swt untuk mengharap ridhonya.

6.      Takut kepada Allah
Selama hidupnya, Zubair selalu bersama dengan Rasulullah Saw sehingga ia dikatakan sebagai Hawari Rasulullah Saw. namun, di sisi lain beliau (Zubair) tidak banyak meriwayatkan hadis kecuali sedikit, anaknya Abdullah pernah bertanya akan sebab tersebut, maka Zubair pun berkata, “Walaupun antara saya dan Rasulullah Saw memiliki hubungan keluarga dan kerabat namun saya pernah mendengar beliau bersabda, “Barangsiapa yang berkata dusta atasku dengan sengaja, maka akan ditempatkan di neraka.” (Al-Bukhari).
Karena itu dia sangat takut meriwayatkan hadis yang tidak pernah diucapkan oleh Rasulullah Saw sehingga tergelincir ke dalam neraka.

7.      Pencemburu
Zubair bin Awwam merupakan seorang yang sangat pencemburu apalagi demi istrinya Atikah binti Zaid. Sang istri biasanya pergi shalat isya ke Masjid, sementara sebenarnya Zubair tidak suka karena rasa cemburu. Hanya saja dia tidak berani melarang karena Rasulullah Saw. melarang para suami mencegah istrinya pergi ke masjid pada saat itu.
Perginya sang istri ke Masjid merupakan suatu yang berat bagi dirinya, tetapi dia tidak dapat mengatakan tidak ketika dimintai izin. Pada suatu malam Zubair pergi terlebih dahulu, sebelum istrinya. Kemudian bersembunyi dipinggir jalan yang biasa mereka lewati. Ketika Atika lewat, dia menyusul kemudian menepuk bagian belakangnya lalu bersembunyi lagi. Atikah terkejut dan takut kemudian berbalik lari pulang ke rumah, tanpa meneliti siapa yang telah berbuat tidak senonoh kepadanya. Malam berikutnya Atikah diam di rumah meskipun Zubair mengizinkannya pergi ke Masjid. Zubair bertanya, “Mengapa tidak pergi?” Atika menjawab, “Orang-orang telah rusak akhlaknya.” Setelah itu dia tidak pernah lagi shalat Isya di Masjid. Demikian disebutkan oleh Ibnu Abdil Barr dalam at Tahmid dan Ibnu Hajar dalam al Ishabah.

8.      Tegas dan Keras
Suatu ketika anak dari Zubair bin Awwam yaitu Abdullah bin Zubair berkata, “Ibnu Abi Sarh mengutusku untuk membawakan kabar gembira kepada Utsman bin Affan. Maka aku mendatanginya dan mengabarkan kemenangan yang dikaruniakan oleh Allah Swt. Aku juga menceritakan keadaan kami di sana. Ketika aku selesai berbicara, Utsman berkata, “Apakah engkau bisa mengabarkan ini kepada orang-orang?” Aku menjawab, “Apa yang menghalangiku untuk melakukan itu? Anda lebih aku segani daripada mereka semua.” Utsman pun berkata lagi, “Pergilah ke Masjid dan kabarkanlah kepada mereka.” Akupun menuju Masjid dan menaiki mimbar. Tiba-tiba aku melihat wajah ayahku, Zubair bin Awwam dan wibawanya membuatku gugup. Maka Zubair bin Awwam pun mengambil segenggam kerikil, dan mendekatkan wajahnya ke wajahku, dan seolah dia hendak melemparku dengan kerikil tersebut. Maka aku kuatkan hatiku dan mulai berbicara. Setelah aku selesai, ayahku Zubair berkata, “Seolah aku mendengar Abu Bakar Ash-Shiddiq yang berbicara! Maka, siapa yang ingin menikahi seorang wanita, hendaklah ia melihat ayah atau saudaranya, karena ia akan mempunyai sifat salah satu di antara mereka.”
Kekerasan Zubair ini diimbangi dengan kelembutan dan kasih sayang ketika dibutuhkan. Maka biasanya dilihat beliau bercanda dengan anak-anaknya, bermain bersama mereka, bersyair untuk mereka, dan berbicara dengan mereka. jadi, pada setiap kondisi memiliki perbuatan yang berbeda dan pada setiap tempat juga terdapat perkataan yang berbeda pula yang disesuaikan dengan kondisi yang ada.

C.   AKHIR HAYAT ZUBAIR BIN AWWAM
Dalam perang Jamal, Zubair bin Awwam berada di pihak Aisyah demi membela keinginan putranya, Abdullah bin Zubair yang bernafsu merebut tahta kekhalifahan dari Ali bin Abi Thalib.
Dikisahkan, bahwa khalifah Ali pernah mengingatkan Zubair seraya berkata, “Hai Zubair, demi Allah, tidak ingatkah engkau ketika kita bersama Rasulullah Saw. lalu beliau bersabda, “Hai Zubair, tidakkah kamu mencintai Ali?”
Saat itu kamu menjawab, “Mengapa aku tidak mencintai putra bibiku, putra pamanku dan agamamu?”
Lalu Rasulullah Saw. bersabda, “Demi Allah, sungguh kelak kamu akan memerangi Ali, dan dalam hal ini kamulah yang zalim!” (Al-Hadis).
Mendengar peringatan Ali, Zubair pun mundur dari pasukan Aisyah untuk mengurungkan niatnya. Tetapi dengan sigap, putranya, Abdullah bin Zubair mencegahnya seraya berkata, “Wahai ayahanda, rupa-rupanya ayah gentar mendengar panji-panji Ali! Ayah takut mati menghadapi pasukan Ali yang katanya gagah berani.”
Zubair tidak mau dikecam sebagai “penakut”. Maka terpaksa ia pun bergabung lagi dengan pasukan Aisyah. Namun sebelum perang berakhir, beliau mendahului, pergi meninggalkan prajurit yang lain.
Kepergian Zubair, diketahui oleh prajurit Ali yang bernama Amr bin Jurmuz yang kemudian membuntutinya. Sampai di lembah Siba, Amr menikamnya dan memotong batang lehernya hingga putus. Kepalanya ia ambil dan dibawa untuk diperlihatkan kepada sang khalifah, dengan harapan akan mendapat hadiah atau kenaikan pangkat.
Sampai di markas Ali, Amr bin Jurmuz meminta izin kepada penjaga markas agar dapat menghadap sang khalifah. Maka kepada prajurit penjaga, Ali berkata, “Jangan kalian izinkan ia masuk! Bahkan sampaikan berita duka kepadanya, karena Rasulullah Saw. pernah bersabda, “Sampaikanlah berita gembira berupa neraka kepada orang yang membunuh putra Shufyah (Zubair).”
Dengan mencuri kesempatan, akhirnya Amr bin Jurmuz dapat masuk markas untuk menghadap khalifah Ali. Ia memamerkan kepala Zubair dan pedang milik Zubair. Ali berkata, “Sesungguhnya pedang inilah yang pernah menghilangkan kesedihan Rasulullah Saw. (dalam perang Uhud).”
Ternyata bukan hadiah yang Ali berikan, melainkan berita duka dari Rasulullah Saw. bahwa pembunuh Zubair akan masuk neraka. Maka Amr bin Jurmuz menusukkan pedang pada perutnya sendiri hingga tewas seketika.
Terbunuhnya Zubair bin Awwam r.a., oleh Amr bin Jurmuz di lembah Siba bertepatan dengan hari Kamis, 10 Jumadil Akhir 36 H. Zubair meninggal khusnul khatimah sebagai syahid pada hari itu juga dalam usia 66 atau 67 tahun.


BAB III
PENUTUP
A.   KESIMPULAN
Zubair bin Awwam bin Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai bin Kilab. Ibunya bernama Shafiyah binti Abdul Muthalib, bibi Rasulullah SAW. Putra Awwam bin Khuwailid ini lahir jauh setelah Tahun gajah. Beliau merupakan salah seorang Mubasyirin Bil Jannah (sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga). Zubair bin Awwam adalah prajurit dakwah yang berani menyandang senjata untuk melawan orang-orang yang menghendaki gugurnya dakwah Islamiah.
Zubair bin Awwam dalam hal akhlaknya, kepribadiannya, perilakunya, sifat-sifatnya, dan nasihat-nasihatnya adalah Zubair bin Awwam yang sama dalam hal menegakkan dakwah dan kiprahnya dalam berbagai perang. Serta kesabaran dan keberaniannya dalam menghadapi musuh.
Di sisi lain, Zubair menonjol dengan jiwa toleransi yang tinggi, ringan tangan, dan suka berbuat baik kepada orang lain. Zuhud dan qana’ah, serta takut kepada Allah SWT.

B.   SARAN
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak terdapat kesalahan, oleh sebab itu kritik dan saran dari dosen selaku pembimbing mata kuliah ini sangat kami harapkan, begitupula dengan pembaca lainnya untuk bisa dijadikan sebagai pembelajaran dalam pembuatan makalah dikemudian hari.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Hamid. 2006. Kisah Teladan 20 Sahabat Nabi Muhammad SAW. Jakarta: Irsyad Baitus Salam.
Abdul Halim, Nipan. 2005. Biografi dan Keteladanan 10 Sahabat Ahli Surga. Jakarta: Pustaka Amani.
Al-Amirusi, Faid. 1994. Bersama Sahabat Nabi Zubair bin Awwam Prajurit Pembela Islam Sejati. Surakarta: Pustaka Mantiq.

Al Misri, Muhammad. 2006. 35 Shirah Shahabiyah jilid 2. Jakarta: Al Itishom Kameela

Tidak ada komentar:

Posting Komentar